Dalam rangka kegiatan tahunan Perpustakaan Nasional tahun ini yaitu “Perpusnas Expo 2019” yang dimulai dari tanggal 5 s/d 22 September 2019, Asosiasi Esperanto Indonesia diundang untuk memperkenalkan bahasa Esperanto kepada para anggota dan pengunjung Perpustakaan Nasional. Selama 12 hari, asosiasi kami mendirikan booth Esperanto dan mengadakan Perkenalan Esperanto dengan berbagai program untuk menunjukkan manfaat Esperanto dalam musik, film, buku-buku dan lainnya.
Booth Esperanto mulai dibuka pada 11 September yang berlokasi di lantai 4 gedung baru Perpustakaan Nasional. Rekan kami sejak jam 9 pagi sampai 3 sore melayani pengunjung yang mendekat ke booth untuk mengetahui atau menanyakan apa saja mengenai Esperanto dan pergerakannya. Pengurus asosiasi, Victor dan Ilia Dewi secara aktif memperkenalkan Esperanto dan kadang sedikit mengajar dasar Esperanto kepada beberapa pengunjung yang secara antusias ingin mengetahuinya. Kami juga membagikan flyer Esperanto yang berisi informasi singkat mengenai Esperanto dan bagaimana menghubungi asosiasi kami.
Di booth Esperanto kami tunjukan buku-buku Esperanto seperti buku pelajaran Esperanto, buku-buku terjemahan, novel-novel, kamus-kamus dan majalah-majalah. Salah satu buku penting yang ditunjukkan adalah buku karya Heidi Goes yang berisi periode sejarah gerakan Esperanto di Indonesia. Buku tersebut diterbitkan tahun ini setelah eksplorasinya yang panjang di Indonesia.
Sebagian besar pengunjung booth belum pernah mendengar tentang Esperanto dan terkait fakta bahwa Esperanto telah ada di Indonesia bertahun-tahun sebelumnya antara 1920-1965. Mereka yang mengunjungi booth tidak hanya mendengar banyak informasi mengenai Esperanto tapi juga menerima cinderamata yang disediakan untuk mereka-mereka yang menunjukkan ketertarikan. Berdasarkan daftar peserta yang mengunjungi booth lebih banyak adalah mahasiswa dan pelajar, sebagian lagi adalah guru, pekerja dan profesi lainnya.
Pada 15 September, kami adakan Perkenalan Esperanto dengan tema “Serba-Serbi Esperanto” yang merupakan rangkaian kegiatan kami di Perpustakaan Nasional. Pada kegiatan tersebut, mendaftar 136 orang dan 75 orang yang hadir mengikuti keseluruhan program acara. Pada jam 10 pagi, presiden Asosiasi Esperanto Indonesia, Ilia Dewi membuka acara dan menyampaikan kata sambutan dan selanjutnya memulai presentasi pertama mengenai Esperanto dan gerakannya. Acara ke-2 pada sesi pertama dilanjutkan dengan presentasi dari Victor salah seorang pengurus asosiasi mengenai Esperanto yang mengatakan Esperanto mirip seperti bahasa Indonesia. Dia menyampaikan fungsi Esperanto sebagai “bahasa jembatan” bagi orang-orang yang berasal dari berbagai bangsa sama seperti bahasa Indonesia. Di Indonesia terdapat hampir 700 bahasa daerah karena adanya perbedaan suku-suku. Dengan demikian kedua bahasa memiliki peran yang sama dalam mempersatukan orang-orang. Selanjutnya, dua pemudi mempresentasikan kegiatan Organisasi Esperanto Muda dibawah payung IEJO atau Esmud. Sebelum ISHOMA, peserta diberi kesempatan bertanya atau menyampaikan opini mengenai presentasi-presentasi yang telah disampaikan.
Pada saat istirahat, kami memutarkan film-film pendek Esperanto dan musik dari musisi Esperanto seperti Jomo, Jhony M, Perdita Generacio dan lainnya. Pada sesi ke-2, esperantis dari Belgia, Heidi Goes mempresentasikan bukunya “Movadaj Insuletoj” melalui video yang telah direkam sebelumnya. Dia memaparkan sejarah Esperanto di Indonesia. Pada sesi ini juga, seorang anggota asosiasi, Arman Yusuf turut berbagi cerita. Dia menyampaikan nilai propedeutik yang terdapat dalam bahasa Esperanto. Dia berbagi bagaimana Esperanto mempermudahnya untuk mempelajari bahasa asing lainnya, seperti bahasa Thailand dan bahasa Jepang.
Selanjutnya peserta diajak belajar sedikit dasar-dasar bahasa Esperanto. Dibimbing oleh Ilia Dewi, peserta belajar bagaimana melafalkan abjab-abjab Esperanto, kata-kata, angka-angka dan membuat kalimat sederhana. Presentasi terakhir disampaikan oleh seorang penulis Indonesia, Yohanes Manhitu melalui rekaman video karena tidak dapat hadir secara langsung mengenai buku-bukunya yang dia tulis dalam bahasa Esperanto dan bahasa asing lainnya. Sebelum akhir program, kami mengajak peserta bermain dan kepada yang beruntung mendapatkan cinderamata. Kegiatan kami berakhir tepat jam 4 sore dan ditutup dengan ucapan terima kasih yang mendalam kepada panitia Perpusnas Expo 2019 yang telah memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan mengenalkan Esperanto.
Dengan suksesnya kegiatan kami di Perpustakaan Nasional, kami berpikir untuk meneruskan kerjasama seperti “Pojok Esperanto” atau mengajukan program kursus Esperanto bagi pengunjung Perpustakaan Nasional.
Dilaporkan oleh Ilia Dewi & Victor